Beranda Biografi Tokoh Dunia Biografi Ibnu Sina, Kisah Ilmuwan Muslim Dijuluki Bapak Kedokteran Modern

Biografi Ibnu Sina, Kisah Ilmuwan Muslim Dijuluki Bapak Kedokteran Modern

Biografiku.com | Ibnu Sina dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Ia merupakan tokoh terkenal di dunia kedokteran dunia karena sumbangsihnya terhadap perkembangan ilmu kedokteran. Banyak tulisan-tulisannya menjadi rujukan bagi sarjana-sarjana kedokteran barat. Selain ahli dibidang kedokteran, Ibnu Sina juga merupakan ahli dibidang matematika, filsafat, sastra serta ilmu kalam.

Biografi Ibnu Sina

Biodata Ibnu Sina

NamaAbu `Ali al-Husain ibnu `Abdillah ibn Hasan ibnu `Ali Sina
DikenalIbnu Sina, atau Avicenna
LahirAfshona, Uzbekistan, 22 Agustus 980 M
WafatHamedan, Iran, Juni 1037
JulukanBapak Kedokteran Modern

Biografi Ibnu Sina

Beliau mempunyai nama lengkap Abu `Ali al-Husain ibnu `Abdillah ibn Hasan ibnu `Ali Sina, namun dunia mengenal dirinya sebagai Ibnu Sina atau Aviciena. Ia lahir pada tahun 370 hijriyah atau 980 M di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara wilayah Uzbekistan.

Masa Kecil

Ayah Ibnu Sina bernama Abdullah dan ibunya bernama Setareh. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya.

Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.

Cerdas Sejak Usia Muda

Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran.

Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggilnya untuk merawat dan mengobatinya.

BACA JUGA :  Biografi Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Terkenal Belajar Hingga Ke Libya

Berkat itu, Ia dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

….Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya… Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.”

Ibnu Sina

Mengenai biografi Ibnu Sina, dikatakan bahwa beliau menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.

Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuannya.

Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.

Menulis Kitab Qanun dan Kitab Al-Syifa

Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ia menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’.

Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ia menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

Biografi Ibnu Sina
Manuskrip The Canon of Medicine karya Ibnu Sina

Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat.

BACA JUGA :  Biografi Christiaan Huygens, Ilmuwan Dan Penemu Titan (Satelit)

Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.

Sumbangan Ibnu Sina Dalam Dunia Kedokteran

Dalam biografi Ibnu Sina, diketahui dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit.

Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman.

Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.

Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan.

Dalam masalah energi, Ia memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.

Dikatakan bahwa bapak ilmu kedokteran modern ini memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ia juga membahas tentang asal nama gunung-gunung.

Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana ia mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir.

Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak.

Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”

Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna.

BACA JUGA :  Biografi dr. Terawan Agus Putranto, Kisah Ahli 'Cuci Otak' Menjadi Menteri Kesehatan

Ia sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ia mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali.

Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.

Dalam filsafat, kehidupannya mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles.

Periode kedua adalah periode ketika Ia menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.

Ibnu Sina dan Filsafat

Di beberapa artikel yang menulis mengenai biografi Ibu Sina, Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ia berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukannya adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa.

Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles.

Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles.

Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.

Ibu Sina Wafat

Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun di Hamedan, Iran. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah, terutama dalam bidang medis atau ilmu kedokteran modern.

Biografi Ibnu Sina
Makam Ibnu Sina di Iran

Hingga saat ini kitab-kitabnya mengenai ilmu kekdokteran banyak dijadikan sebagai referensi para sarjana-sarjana kedokteran dari Barat. Nama Ibnu Sina bahkan banyak diabadikan sebagai nama tempat di beberapa negara di dunia. Hal ini memperlihatkan bahwa Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar kemajuan ilmu pengetahuan muslim di zamannya.

Advertisement