Beranda Biografi Tokoh Dunia Biografi Hasan al-Banna, Kisah Tokoh Islam Pendiri Ikhwanul Muslimin

Biografi Hasan al-Banna, Kisah Tokoh Islam Pendiri Ikhwanul Muslimin

Biografiku.com | Profil dan Biografi Hasan al-Banna. Dikenal sebagai tokoh Islam terkenal dan ulama yang berasal dari Mesir. Beliau juga merupakan pendiri dari Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim), salah satu organisasi islam terbesar dan cukup berpengaruh di dunia.

Biografi Hasan al-Banna

Di usia 12 tahun, ia sudah menghafal isi Alquran. Hasan al-Banna merupakan peletak dasar gerakan Islam. Ia juga menjadi salah satu sosok paling berpengaruh di dunia. Berikut Profil dan Biografi Hasan al-Banna

Biodata Hasan al-Banna

Nama LengkapSheikh Hassan Ahmad Abdel Rahman Muhammad al-Banna
Nama PopulerHasan Al-Banna
LahirEl Mahmoudiyah, Mesir, 14 Oktober 1906
WafatKairo, Mesir, 12 Februari 1949
Orang TuaAhmad bin abdul rahman bin muhammed al-banna
IstriLatifa Hussein al-soli
AnakAhmed Seif al-Islam, Wafa Al-Bana, Ahmad Saif al Islam al-Banna, Istishhad al-Banna, Hala al-Banna
, Muhammad Saif al Dine al-Banna, Rajaa' al-Banna, Sanaa' al-Banna, Safaa' al-Banna.
DikenalUlama, Pendiri Ikhwanul Muslimin

Biografi Hasan al-Banna

Hasan al-Banna dilahirkan di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna adalah seorang ulama fiqh dan hadits. Sejak masa kecilnya, Hasan al-Banna sudah menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya.

Masa Kecil

Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah, Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur’an. Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah.

Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah.

Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tak mengherankan apabila Hasan al-Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari.

BACA JUGA :  Biografi Steve Wozniak - Pendiri Apple Computer

Penghafal Alquran Sejak Kecil

Pada usia 14 tahun Hasan al-Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan al-Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum.

Demikianlah sederet prestasi Hasan kecil. Selain prestasinya di bidang akademik, Ia juga memiliki bakat leadership yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan Al-Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya.

Bahkan pada waktu masih berada di jenjang pendidikan i’dadiyah (semacam SMP), beliau telah mampu menyelesaikan masalah secara dewasa, kisahnya begini:

Suatu siang, usai belajar di sekolah, sejumlah besar siswa berjalan melewati mushalla kampung. Hasan berada di antara mereka. Tatkala mereka berada di samping mushalla, maka adzan pun berkumandang.

Saat itu, murid-murid segera menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun tiba-tiba saja datang sang imam dan mengusir murid-murid madrasah yang dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya, ia khawatir kalau-kalau mereka menghabiskan jatah air wudhu.

Sebagian besar murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam, sementara sebagian kecil bertahan di tempatnya.

Mengalami peristiwa tersebut, al Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan satu ayat Al Qur’an, “Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya.”(Q. S. Al-An’aam: 52).

Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa’id, imam mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al-Banna hati sang imam tersentuh, hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap “rombongan anak-anak kecil” tersebut.

Sementara para murid pun sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu setiap mereka selesai shalat di mushalla. Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar mushalla!

BACA JUGA :  Biografi KH Hasyim Asy'ari, Ulama Berpengaruh dan Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

Menjadi Guru

Pada usia 21 tahun, beliau menamatkan studinya di Darul ‘Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma’iliyah. Hasan al-Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya.

Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah yang pernah berjaya dibawah pemerintahan Muhammad al Fatih di Turki mengalami keruntuhan. Padahal Kekhalifahan tersebut sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia

Umat Islam mengalami kebingungan. Bahkan di Turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara.

Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu di antara penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil (bodoh) terhadap ajaran Islam.

Pendiri Ikhwanul Muslimin

Maka mulailah Hasan al-Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan).

Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali.

Biografi Hasan al-Banna
Hasan al-Banna dan Syahrir

Hasan al-banna dengan perkumpulan yang didirikannya “Al-Ikhwanul Muslimun,” bekerja keras siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan, dll.

Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani, usahawan, ilmuwan, ulama, dokter mendukung dakwah beliau

Dalam biografi Hasan al-Banna Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi (sekitar tahun 45-an), Hasan al-Banna memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab, hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi, yaitu pasukan sukarela Ikhwan.

Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat, sobat kental Yahudi mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin.

BACA JUGA :  Biografi Douwes Dekker, Kisah Nasionalis Keturunan Belanda Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Ketika perang di Palestina berkecamuk pada tahun 1948 – 1949, di Mesir juga terjadi pergolakan politik hebat. Banyak aktivis serta anggota dari organisasi islam yang di tangkap.

Hasan al-Banna Wafat

Pembunuhan perdana menteri Mesir ketika itu oleh Abdul Majid Hasan Ahmad, membuat Hasan al-Banna juga mengecam tindakan tersebut.

Ternyata inilah juga yang menjadi akhir hayat Hasan al-Banna. Ia ditembak bersama dengan iparnya ketika sedang menunggu taksi di depan kantornya.

Dikutip dari Wikipedia, Hasan al-Banna luka-luka akibat terkena 7 tembakan segera dilarikan ke rumah sakit. Namun lambatnya penanganan medis membuat Hasan al-Banna akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada  Hassan Al-Banna pada tanggal 12 Februari 1949.

Perkembangan Ikhwanul Muslimin

Dalam Biografi Hasan al-Banna, Pada masa-masa sepeninggal Hasan Al-Banna, adalah masa-masa penuh cobaan untuk umat Islam di Mesir.

Banyak murid-murid beliau yang disiksa, dijebloskan ke penjara, bahkan dihukum mati, terutama ketika Mesir di perintah oleh Jamal Abdul Naseer, seorang diktator yang condong ke Soviet.

Banyak pula murid beliau yang terpaksa mengungsi ke luar negeri, bahkan ke Eropa. Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi mereka di mana pun adalah bumi Allah, di mana pun adalah lahan dakwah.

Para pengamat mensinyalir, dakwah Islam di Barat tidaklah terlepas dari jerih payah mereka. Demikianlah, siksaan, tekanan, pembunuhan tidak akan memadamkan cahaya Allah. Bahkan semuanya seakan-akan menjadi penyubur dakwah itu sendiri, sehingga dakwah Islam makin tersebar luas.

Di antara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilaalil Qur’an (di bawah lindungan Al-Qur’an) karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir Al-Qur’an yang sangat berbobot di jaman kontemporer ini.

Ulama-ulama kita pun menjadikannya sebagai rujukan terjemahan Al-Qur’an dalam Bahasa Indonesia. Di antaranya adalah Al-Qu’an dan Terjemahannya keluaran Depag RI, kemudian Tafsir Al-Azhar karya seorang ulama Indonesia Buya Hamka. Mengenal sosok beliau akanlah terasa komplit apabila kita mengetahui prinsip dan keyakinan beliau.

Advertisement