Beranda Tokoh Biologi Biografi Gregor Mendel, Kisah Biarawan Menjadi ‘Bapak Genetika’ Paling Berpengaruh

Biografi Gregor Mendel, Kisah Biarawan Menjadi ‘Bapak Genetika’ Paling Berpengaruh

Biografiku.com | Profil dan biografi Gregor Mendel.  Ia dikenal sebagai biarawan asal Austria yang menemukan prinsip dasar keturunan melalui eksperimen kacang polong. Pengamatan Mendel menjadi dasar bagi ilmu genetika modern dan studi tentang hereditas. Ia bahkan dianggap sebagai pelopor di bidang genetika dan disebut sebagai Bapak Genetika.

Biografi Gregor Mendel, Kisah Biarawan Menjadi 'Bapak Genetika' Paling Berpengaruh

Biografi Gregor Mendel

Johann Mendel lahir pada tahun 1822 di Heinzendorf wilayah Kekaisaran Austria yang kini berada diwilayah Cekoslovakia. Ia merupakan anak dari pasangan Anton Mendel dan Rosine Schwirtlich.

Mendel merupakan satu-satunya anak laki-laki di keluarganya. Ia juga bekerja di ladang pertanian milik keluarga bersama kakak perempuannya yang bernama Veronica dan adik perempuannya yaitu Theresia. Saat ia mulai dewasa, ia mulai tertarik berkebun dan beternak lebah.

Saat masih kecil, Pria yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Genetika ini mulai bersekolah di Opava. Ia kemudian melanjutkan kuliiahnya di Universitas Olomouc setelah lulus SMA,

Disana ia mempelajari banyak disiplin ilmu, termasuk fisika dan filsafat. Ia kuliah di Universitas tersebut dari tahun 1840 hingga 1843.

Menjadi Seorang Biarawan

Pada usia 21 tahun, Mendel sudah kehabisan uang membiayai kuliahnya. Salah satu gurunya, fisikawan bernama Profesor Friedrich Franz menyarankan Mendel untuk bergabung dengan Biara St. Thomas di Brünn sebagai seorang biarawan.

Dengan begitu, Mendel bisa terus belajar sains dan tidak kelaparan. Mendel sebenarnya lebih tertarik pada sains daripada agama.

Biara St. Thomas sebenarnya memiliki reputasi yang baik dalam hal pelajaran sains. Dan direkturnya yang bernama Abbot Franz Cyril Napp tertarik pada pengamatan tumbuhan dan hewan di peternakan.

Saat bergabung dengan Biara, Mendel kemudian menambahkan nama Gregor di namanya. Sejak saat itu dia tidak lagi dipanggil Johann Mendel, tetapi lebih dikenal dengan nama Gregor Mendel.

Biografi Gregor Mendel

Pada tahun 1846, Mendel mengambil kelas berkebun yang diberikan oleh Profesor Franz Diebl di Institut Filsafat Brünn.

BACA JUGA :  Biografi Margaret Thatcher - Si 'Wanita Besi'

Mencoba Menjadi Guru Sekolah

Mendel kemudian menjadi seorang pastor pada tahun 1847. Namun, ia tidak menikmati posisinya tersebut. Ia kemudian mencoba menjadi seorang guru sekolah menengah pada tahun 1849.

Pada tahun 1850 di usia 28 tahun, Mendel gagal dalam ujian yang sebagai syarat menjadi guru sekolah menengah. Setahun kemudian, dia pergi ke Universitas Wina. Disana, ia belajar kimia, biologi dan fisika.

Tujuannya adalah dengan memperkuat pengetahuannya dalam mata pelajaran sains sehingga ia bisa memenuhi syarat sebagai guru sekolah menengah.

Setelah menyelesaikan studinya pada tahun 1854, ia kembali ke biara dan menjadi guru fisika di sebuah sekolah di Brünn.

Pada tahun 1856 di usia 34, Mendel kembali gagal ujian sebagai guru sekolah menengah. Kali ini karena penyakitnya yang mencegahnya menyelesaikan ujian. Pada tahun yang sama, ia mulai mempelajari mengenai genetika pada tumbuhan.

Pada tahun 1865, Mendel yang masih tertarik pada ilmu fisika kemudian mendirikan Masyarakat Meteorologi Austria. Faktanya, selama hidupnya Gregor Mendel lebih banyak menerbitkan makalah tentang meteorologi daripada tentang biologi.

Pada tahun 1866, ia menerbitkan karya genetikanya dalam bidang ilmu biologi. Sayangnya, kebanyakan orang yang membacanya tidak terlalu paham arti penting dari apa yang terkandung dalam makalahnya.

Pada tahun 1867, di usia 45 tahun, Mendel menjadi Kepala Biara. Selama berada di Olomouc, Gregor Mendel berteman dengan dua profesor universitas yakni Friedrich Franz, seorang fisikawan, dan Johann Karl Nestler, seorang ahli biologi pertanian, yang tertarik pada ilmu genetika.

Nestler menyampaikan minatnya pada bidang hereditas tumbuhan kepada Mendel yang juga tertarik dengan subjek tersebut.

Biara tempat Mendel tinggal memiliki taman seluas 2 hektar. Dan dua orang profesornya ini mendorong Mendel untuk mengejar minatnya pada hereditas dengan menggunakan taman untuk eksperimen. Kepala Biara Franz Cyril Napp dan Profesor Franz Diebl juga mendorongnya.

Dalam biografi Gregor Mendel disebutkan bahwa ia terkenal karena karyanya pada tanaman kacang polong di taman biara. Ia menghabiskan waktu sekitar tujuh tahun dalam menanam, dan membudidayakan tanaman kacang.

BACA JUGA :  Biografi Umar bin Khattab, Kisah Khulafaur Rasyidin

Melalui pencatatan yang cermat, eksperimen Mendel dengan tanaman kacang polong menjadi dasar genetika modern. Gregor Mendel memilih tanaman kacang polong sebagai tanaman percobaannya karena berbagai alasan.

Yang pertama adalah tanaman kacang polong sangat sedikit membutuuhkan perawatan dan tumbuh dengan cepat. Mereka juga memiliki bagian reproduksi jantan dan betina, sehingga mereka dapat melakukan penyerbukan silang atau penyerbukan sendiri.

Mungkin yang paling penting, tanaman kacang polong Mendel tampaknya menunjukkan salah satu dari hanya dua variasi dari banyak karakteristik. Membuat data yang ia dapat jauh lebih jelas dan lebih mudah digunakan.

Eksperimen dan Teori Gregor Mendel

Adapun eksperimen Gregor Mendel adalah pertama, ia menyilangkan berbagai varietas tanaman kacang polong, kemudian mengumpulkan dan menumbuhkan bijinya untuk mengetahui karakteristiknya.

Selanjutnya, ia menyilangkan keturunan satu sama lain (pembuahan sendiri) dan menumbuhkan benih mereka untuk menentukan karakteristik mereka dengan cara yang sama.

Persilangan ini dilakukan berkali-kali untuk menetapkan tren data yang dapat diandalkan (lebih dari 5.000 persilangan dilakukan) Sebagai hasil percobaannya tersebut, Mendel menemukan fakta ketika ia menyilangkan dua varietas ras murni yang berbeda bersama-sama, hasilnya bukanlah campuran, hanya satu ciri yang akan muncul.

Ketika tanaman kacang polong tinggi dan pendek disilangkan, semua keturunannya berkembang menjadi tanaman yang tumbuh tinggi.

Ketika Mendel membuahi sendiri keturunannya, keturunan yang dihasilkan mengekspresikan dua sifat yang berbeda dengan perbandingan 3 banding 1.

Ketika keturunan yang tumbuh tinggi disilangkan, tanaman kacang tinggi dan pendek diproduksi dengan perbandingan 3 banding 1.

Tabel Percobaan Gregor Mendel

Dari penemuan Mendel tersebut, ia menarik kesimpulan bahwa Organisme memiliki faktor tersendiri yang menentukan fiturnya dimana ‘faktor’ ini sekarang dikenal sebagai gen. Lebih jauh, organisme memiliki dua versi dari setiap faktor. ‘versi’ ini sekarang dikenal sebagai alel.

Setiap gamet hanya berisi satu versi dari setiap faktor. Sel kelamin sekarang dikenal sebagai haploid. Orang tua berkontribusi sama pada pewarisan keturunan sebagai hasil dari fusi antara sel telur dan sperma yang dipilih secara acak
Untuk setiap faktor.

BACA JUGA :  Biografi Louis Pasteur - Kisah Dari Penemu Vaksin

Satu versi dominan di atas yang lain dan akan diekspresikan sepenuhnya jika ada. Inilah yang kemudian menjadi Teori Mendel yang kemudian melahirkan hukum Mendel I dan Hukum Mendel II.

Sejarah Hukum Mendel I dan II

Meskipun ada keberatan atas kesimpulan Mendel, eksperimen Mendel ini kemudian memunculkan kesimpulan yang disebu dengan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II sebagai berikut :

Hukum Pemisahan (Segregasi) yaitu saat gamet terbentuk, alel dipisahkan sehingga setiap gamet hanya membawa satu alel untuk setiap gen.

Hukum Berpasangan Secara Bebas (independent assortment) yang menyebutkan Pemisahan alel untuk satu gen terjadi secara independen dengan gen lain.

Populer di Tahun 1900an

Pada tahun 1900, tiga orang ilmuwan yaitu Carl Correns, Hugo de Vries, dan Erich von Tschermak. Mereka bertiga secara mandiri melakukan penelitian hereditas mendapatkan hasil yang menggembirakan.

Namun, ketika mereka menelusuri literatur, mereka menyadari bahwa hasilnya temuan mereka bukanlah hal baru. Hasil mereka benar-benar memverifikasi hasil diterbitkan oleh Gregor Mendel 34 tahun sebelumnya yang sudah terlupakan.

Hasil penelitian Mendel khususnya Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II memberi tahu para ilmuwan mengenai lahirnya ilmu genetika modern. Karena itulah mengapa sehingga Mendel pantas disebut sebagai Bapak Genetika.

Hubungan ke Teori Evolusi

Karya Mendel baru benar-benar dilirik menjelang tahun 1900-an. Hal itu terjadi lama setelah kematiannya. Mendel tanpa sadar telah mencetuskan apa yang disebut dengan Teori Evolusi mekanisme untuk menurunkan sifat-sifat selama seleksi alam.

Sebagai orang yang memiliki keyakinan agama yang kuat, Mendel sebenarnya tidak percaya pada evolusi selama hidupnya. Namun, karyanya itu telah ditambahkan bersama dengan karya Charles Darwin untuk membuat sintesis modern dari Teori Evolusi. Dan banyak karya awal Mendel dalam genetika telah membuka jalan bagi ilmuwan modern yang bekerja di bidang mikroevolusi.

Gregor Mendel Wafat

Pada tahun 1868, Mendel terpilih sebagai kepala biara di sekolah tempat dia mengajar selama 14 tahun. Namun penglihatannya secara bertahap terus menurun membuatnya tidak dapat melanjutkan pekerjaan ilmiahnya sebagai seorang ilmuwan.

Gregor Mendel meninggal pada tanggal 6 Januari 1884, pada usia 61 tahun. Ia dimakamkan di petak pemakaman biara dan pemakamannya dihadiri banyak orang.

Advertisement