Biografiku.com | Profil dan Biografi Christiaan Huygens. Ia dikenal sebagai seorang ilmuwan sekaligus penemu. Ia diketahui sangat ahli dalam bidang matematika, fisika serta astronomi. Salah satu karya Christiaan Huygens adalah mengenai penjelasan gelombang yang kemudian dikenal dengan nama Prinsip Huygens dalam ilmu fisika.
Dibidang astronomi, Huygens diketahui menemukan satelit Titan di planet Saturnus, yang diketahui merupakan satelit terbesar kedua di tata surya. Sumbangan pemikiran dan penemuannya dalam bidang astronomi melambungkan namanya sebagai salah seorang ilmuwan terbaik bagi dunia.
Biografi Christiaan Huygens
Christiaan Huygens lahir pada 14 April 1629 di Hague, Belanda dari keluarga terpandang. Ayahnya, Constantin Huygens adalah sarjana fisika dan seorang diplomat. Ia berharap anaknya menjadi ilmuwan hebat, sehingga meminta Mersenne dan Rene Descartes, dua ilmuwan terkenal masa itu, untuk memberi kursus pada Huygens muda.
Huygens kemudian belajar geometri, mekanika dan kemampuan dalam memainkan alat musik di rumah hingga berusia 16 tahun. Gurunya yang amat berpengaruh adalah Descartes yang berhasil memompa minatnya dalam bidang matematika.
Christiaan Huygens belajar hukum dan matematika di Unversitas Leiden antara tahun 1645 hingga 1647. Van Schooten mengajarinya matematika. Lalu, dari tahun 1647 hingga 1649, Huygens belajar hukum dan matematika.
Beruntung, ia belajar matematika pada John Pell. Lalu, berkorespondensi dengan Marsene. Pada tahun 1649, Huygens pergi ke Denmark sebagai diplomat dan berharap melanjutkan ke Stockholm untuk menjumpai Descartes. Sayangnya, cuaca tidak mendukung.
Karya-karya Huygens
Karya ilmiah Huygens pertama kali diterbitkan tahun 1651 yaitu Cyclometriae yang membahas tentang lingkaran. Lalu, tahun 1654 ia menghasilkan De Circuli Magnitudine Inventa yang membahas berbagai macam hal persoalan ilmiah.
Penemu Titan (Satelit)
Ia juga menaruh minat pada pembuatan lensa dan teleskop. Tahun 1654, ia menemukan metode baru pembuatan lensa. Setahun kemudian, dari lensa buatannya tersebut, ia berhasil mengamati dan menemukan Titan (satelit) yang berada di Saturnus.
Lensa yang dikembangkannya di kemudian hari dipakai pula untuk mengamati planet, satelit, dan nebula Orion. Pada tahun itu pula ia pergi ke Paris dan menemui Boulliau yang menyarankannya belajar tentang probabilitas pada Blaise Pascal dan Fermat.
Ketika kembali ke Belanda, Huygens menghasilkan karyanya mengenai kalkulus probabilitas, yaitu De Ratiociniis in Ludo Aleae. Selanjutnya, ia menemukan cincin Saturnus.
Namun hal ini berbeda dengan teori tentang cincin Saturnus yang sebeluumnya diajukan Roberval, Boulliau dan Galileo yang beberapa tahun sebelumnya menganggap cincin Saturnus sebagai bagian dari Saturnus.
Di tahun 1659, Huygens menerbitkan karyanya Systema Saturnium yang menjelaskan tahap dan perubahan fase cincin Saturnus. Pengamatan ilmuwan lain yaitu Fabri pada tahun 1665, ternyata membenarkan teori Huygens.
Tahun 1656, ia mematenkan pendulum arloji penemuannya, yang mampu meningkatkan keakuratan pengukuran waktu. Teori mengenai gerak pendulum diungkapkannya dalam Horologium Oscillatorium sive de motu pendulorum (1673). Ia juga menemukan hukum gaya sentrifugal dari gerak lingkaran seragam.
Tahun 1661, Huygens pergi ke London, untuk mengetahui lebih banyak Lembaga Royal Society yang mengadakan pertemuan di Gresham College. Ia menaruh perhatian yang amat besar pada ilmuwan-ilmuwan Inggris itu.
Selanjutnya Huygens kemudian terus melakukan kontak setelahnya. Ia menunjukkan teleskopnya, dan para ilmuwan Inggris mempergunakan teleskop itu. Raja dan Ratu Inggris memakai teleskop itu untuk mengamati Bulan dan Saturnus.
Menemukan Jam Bandul
Selama di London, Huygens melihat pompa hampa udara penemuan Boyle, dan ia menggunakannya. Di tahun 1663, Huygens menjadi anggota lembaga ilmiah prestisius Royal Society. Huygens mematenkan rancangan arloji pendulumnya pada tahun yang sama.
Percobaan Huygens tentang tumbukan benda elastik memperlihatkan kesalahan hukum Descartes tentang tumbukan. Tema ini diangkat dalam pertemuan Royal Society pada 1668.
Royal Society mengajukan pertanyaan mengenai tumbukan dan Huygens menjawabnya melalui percobaan momentum dua buah benda sebelum tumbukan sama dengan momentum keduanya setelah tumbukan. Jawabannya itu kelak dinamakan Hukum Kekekalan Momentum.
Gerak melingkar menjadi tema penelitian Huygens waktu itu, namun ia juga memikirkan mengenai teori gravitasi Descartes yang berpijak pada materi-materi berputar (yang disebutnya vorteks).
Ada yang salah di teori Descartes. Di tahun 1669, huygens mengunjungi Academie membahas masalah ini. Setelah itu, Roberval dan Mariotte me-ngoreksi pandangan Descartes. Akibat sering bolak-balik Prancis-Belanda, Huygens jatuh sakit pada 1670.
Sebelum meninggalkan Paris, Prancis, Huygens berjanji untuk tidak mempublikasikan penelitiannya mengenai mekanika sebelum dikirimkan ke Royal Society. Tahun 1671, Huygens balik lagi ke Paris.
Namun, di tahun 1672, Raja Louis XIV menyerbu Belanda. Huygens melihat posisinya sulit, dan menjadi hal yang amat penting baginya berada di Paris. Ilmuwan Prancis sangat mendukung penelitiannya.
Tahun 1672 Huygens bertemu dengan Leibniz di Paris. Setelah itu Leibniz secara rutin berkunjung ke Academie. Leibniz berhutang budi pada Huygens, karena ia belajar matematika pada Huygens.
Di tahun yang sama, Huygens belajar mengenai prinsip kerja teleskop Newton dan cahaya. Ia mencoba mengkritisi teori Newton tentang cahaya terutama tentang warna.
Teori Gelombang Cahaya
Huygens mendukung pandangan bahwa cahaya dipancarkan melalui aksi gelombang dalam medium, dan bukan oleh partikel yang berasal dari sumber iluminasi. Dengan model ini, ia mampu menjelaskan apa itu refleksi, refraksi, dan bahkan fenomena kompleks refraksi ganda yang diamati pada beberapa kristal.
Ia kemudian mempublikasikan temuannya di Treatise on Light. Pandangan Huygens kontras dengan pandangan Isaac Newton, yang umumnya menyebarkan pandangan bahwa cahaya adalah aliran partikel.
Pada 1675, Christiaan Huygens mematenkan jam saku yang ia temukan. Dia juga menemukan banyak perangkat lain, termasuk nada 31 untuk instrumen keyboard oktaf.
Kembali ke Belanda
Huygens pindah kembali ke Den Haag pada tahun 1681, setelah menderita penyakit serius. Dia berusaha untuk kembali ke Prancis pada tahun 1685, tetapi pencabutan Edikta Nantes menghalangi langkahnya. Hal itu karena dia adalah seorang kristen protestan yang kala itu dilarang di Perancis.
Pada 1684, Huygens menerbitkan Astroscopia Compendiaria, yang mempresentasikan teleskop udara (tubeless) barunya dengan panjang fokus 123 kaki. Risalah Huygens tentang Cahaya akhirnya dicetak pada tahun 1690.
Huygens berspekulasi secara rinci tentang kehidupan di planet lain. Dalam bukunya yang berjudul Cosmotheoros, selanjutnya berjudul The Celestial Worlds Discover’d: Or, Conjectures Concerning the Inhabitants, Plants, and Productions of the Worlds in the Planets.
Dalam bukunya tersebut, ia membayangkan alam semesta yang penuh dengan kehidupan. Sebagian besar sangat mirip dengan kehidupan di Bumi abad ketujuh belas.
Setelah banyak menerbitkan karya serta melakukan penemuan penting, Christiaan Huygens yang dikenal saat itu sebagai ilmuwan paling berpengaruh meninggal dunia pada tanggal 8 Juli 1695 di Den Haag, Belanda.