Biografiku.com | Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dikenal sebagai pria keturunan Tionghoa pertama yang pernah menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Namanya mulai dikenal ketika ia menjadi Bupati Belitung Timur. Saat ini ia menjabat sebagai komisaris dari PT Pertamina.
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang keras dan tegas, ia juga terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan ketika di wawancarai oleh wartawan atau media. Namun begitu, banyak yang menganggap bahwa ia cukup sukses selama memimpin kota Jakarta dan Belitung Timur. Bagaimana kisahnya?
Biografi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sendiri, beliau lahir dari keluarga keturunan Tionghoa. Ia lahir pada tanggal 29 Juni 1966 di Manggar, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung.
Ayahnya bernama Nama panggilan ‘Ahok’ diberikan oleh Ayahnya bernama Indra Tjahaja Purnaman dan ibunya bernama Buniarti Ningsing. Namun pada awalnya ayahnya memeberikan nama panggilan ‘Banhok’ yang artinya ‘Belajar Disegala Bidang’. Namun lama-kelamaan, Basuki Tjahaja Purnama akhirnya lebih akrab disapa dengan nama panggilan Ahok.
Basuki Tjahaja Purnama merupakan anak sulung dari empat orang bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik yang bernama Basuri Tjahaja Purnama, Fifi Lety, Harry Basuki.
Masa Kecil Ahok
Masa kecil Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagian besar ia habiskan di kampung halamannya di Belitung Timur desa Gantung tempat ‘Laskar Pelangi’ yang terkenal. Beliau bersekolah SD dan SMP di Desa Gantung, yaitu SD Negeri III Gantung, Belitung Timur dan tamat pada tahun 1977 kemudian SMP di SMP Negeri I Gantung, Belitung Timur dan selesai pada tahun 1981.
Tamat dari SMP di Belitung Timur kemudian membuat orang tua Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memlih menyekolahkan anaknya di Jakarta. Di Jakarta, Ia kemudian bersekolah di SMAK III PSKD, Jakarta. Ia dititipkan di rumah seorang wanita asal Bugis yang beragama Islam bernama Misribu Andi Baso Amier binti Acca.
Kuliah di Trisakti
Tamat dari SMAK III PSKD pada tahun 1984, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian studinya di perguruan tinggi dengan memilih jurusan Teknik Geologi, Universitas Trisakti dan selesai pada tahun 1989.
Selesai menempuh pendidikannya di Jakarta, ia kemudian kembali ke kampung, halamannya dan kemudian memulai usaha dengan mendirikan perusahaan bernama CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan untuk PT Timah yang terkenal di Belitung Timur.
Namun dua tahun, Ia bergelut dalam dunia kontraktor pertambangan namun ia menyadari masih memiliki banyak kekurangan dalam merintis usahanya dan kurangnya modal serta manajemen yang baik terhadap perusahaannya.
Akhirnya ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya dengan mengambil program master manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta tahun 1992. Ia kemudian selesai pada tahun 1994 dengan gelar Master Bussiness Administrasi (MBA).
Menjadi Kontraktor
Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian memilih untuk bekerja di Jakarta. Ia kemudian di terima bekerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta yang bergerak dalam bidang kontraktor listrik.
Di perusahaan tersebut, ia bekerja sebagai staf direksi bagian analisa biaya dan keuangan proyek. Bekerja di Jakarta untuk mengumpulkan pengalaman sebelum kembali lagi ke kampung halamannya di Belitung Timur.
Di Jakarta, ia bekerja sampai tahun 1995 dan kemudian kembali ke kampung halamannya. Di Belitung Timur, ia sempat mendirikan perusahaan bernama PT Nurindra Ekapersada yang kemudian pada tahun 1995 berhasil membangun sebuah pabrik pengolahan pasir bernama pabrik Gravel Pack Sand (GPS).
Pabrik pengolahan pasir miliknya ini menggunakan teknologi dari Jerman dan Amerika pertama kali di Belitung dan harapannya pabrik tersebut menjadi cikal bakal berdirinya sebuah kawasan industri dan juga pelabuhan yang kemudian dikenal dengan nama KIAK (Kawasan Industri Air Kelik).
Namun pabrik tersebut beroperasi sangat singkat dan ditutup pada tahun 1995 karena berseberangan dengan pemerintah setempat dan juga adanya politik serta birokrasi yang korup seperti yang ditulis dalam biografi ahok di situsnya ahok.org.
Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kemudian sempat berpikir untuk memilih keluar negeri karena frustasi akan usahanya yang sering ditekan oleh pemerintah. Namun hal tersebut dicegah oleh ayahnya yaitu Indra Tjahaja Purnama. Ayahnya lebih mengajurkan anaknya itu untuk tetap dikampung halamannya dan membangun kampung halamannya tersebut.
Pada bulan September tahun 1997, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama menikah dengan Veronica Tan dan kemudian dari hasil pernikahannya tersebut ia dikaruniai tiga orang anak bernama Nicholas Sean, Nathania, Daud Albeenner.
Menjadi Anggota DPR
Tahun 2003, ahok atau Basuki Tjahaja Purnama memilih untuk mencoba terjun ke dunia politik di Belitung Timur. Bermodal dukungan dari masyarkat kabupaten Belitung Timur, ia kemudian mencoba untuk mendaftar sebagai calon legislatif atau anggota DRPD di Belitung Timur sebagai wakil dari Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) pada tahun 2004.
Mendapat dukungan suara yang banyak akhirnya ia terpilih sebagai anggota legislatif (DPRD) di kabupaten Belitung Timur dengan masa jabatan 2004-2009.
Tidak seperti kebanyakan anggota DPRD yang menurutnya terbiasa ‘mangkir’ dari jabatannya. Ahok benar-benar melaksanakan jabatan kewajibannya sebagain anggota DPRD dengan turun langsung mendengar aspirasi dari masyarakat kabupaten Belitung Timur.
Selama tujuh bulan mengumpulkan aspirasi dan dukungan dari masyarakat, akhirnya Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Belitung Timur. Cara kampanye yang dilakukan oleh Ahok terbilang sederhana.
Ia menyebarkan nomor handphonenya ke masyarakat agar dapat langsung dihubungi oleh masyarakat yang memerlukan bantuannya atau ingin di dengar aspirasinya.
Bupati Belitung Timur
Dengan cara tersebut, pada pemilihan kepala daerah Belitung Timur, secara mengejutkan Ahok berhasil keluar sebagai Bupati Belitung Timur terpilih yang berasal dari etnis Tionghoa pertama di Indonesia dengan jumah suara mencapai 37, 13 persen di periode 2005-2010.
Dibawah kepemimpinannya sebagai seorang Bupati Belitung Timur, ia merombak budaya birokrasi yang menurutnya sudah tercemari dengan kebiasaaan KKN. Salah satu tindakannya memperbaiki sistem pelayanan kesehatan, keuangan, dan pendidikan di Belitung Timur.
Semua anggaran daerah yang menurutnya terlalu boros dan tidak perlu, ia pangkas sehingga dengan begitu dapat dipakai untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di Belitung Timur.
Kesuksesannya dalam memimpin kabupaten Belitung Timur, membuat Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama mencoba untuk maju sebagai gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007 namun dalam pilkada daerah, ia gagal dalam pemilihan tersebut.
Anggota DPR RI
Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 2009, Ahok kemudian menjadi kader partai Golkar dan kemudian mencoba maju sebagai calon anggota DPR RI dari Belitung Timur. Ia kemudian sukses menjadi anggota DPR RI dengan dukungan suara mencapai 119.232 suara.
Terpilih menjadi anggota DPR RI, Ahok kemudian membuka menyuarakan laporan atau aspirasi dari daerahnya di Belitung Timur mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi akibat penambangan Timah. Hal ini kemudian menimbulkan perdebatan karena dianggap ia menghina pengusaha di Belitung Timur.
Pada tahun 2011, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama berniat untuk mencalokan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen dengan cara mengumpulkan KTP dari warga Jakarta namun usahanya gagal.
Wakil Gubernur DKI Jakarta
Peluang untuk menjadi kepala daerah di DKI Jakarta terbuka setelah partai PDI Perjuangan mengusung Jokowi sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dan Partai Gerindra mengusung Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012.
Jokowi dan Ahok kemudian keluar sebagai pemenang dalam pilkada DKI Jakarta mengalahkan lawannya Fauzi Bowo dan Nahrowi Ramli dalam pilkada yang dilakukan dua putaran. Dua tahun setelahnya tepatnya pada tahun 2014, Jokowi yang maju sebagai calon Presiden republik Indonesia berhasil terpilih. Joko Widodo yang kala itu sebagai gubernur kemudian meletakkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta dan kemudian digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Menjadi Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjadi orang keturunan Tionghoa pertama yang menjadi Gubernur DKI Jakarta. Selama menjabat sebagai gubernur, ia tetap melanjutkan program kerja dari gubernur sebelumnya yaitu Jokowi.
Namun dibawah kepemimpinannya, Ahok melakukan terobosan, melakukan berbagai reformasi birokrasi di DKI Jakarta. Gaya kepemimpinan yang keras dan tegas serta gaya bicara yang blak-blakan membuat Ahok menjadi sangat terkenal.
Banyak dukungan dari penduduk DKI Jakarta terhadap Ahok yang berani melakukan perubahan di DKI Jakarta. Berbagai kebijakan yang dilakukan olehnya seperti relokasi warga ke rumah susun (RUSUN), Normalisasi Kali Ciliwung yang menjadi penyebab banjir Jakarta dan tata kelola transportasi di Jakarta yang sering membuat Jakarta macet.
Kebijakan Ahok ada yang mendukung ada pula yang menentangnya seperti penertiban pedagang dan penggusuran rumah warga di lahan milik Negara yang banyak ditentang oleh beberapa warga dan ormas di Jakarta. Selain itu, Ahok juga dituduh melakukan penistaan agama saat pidatonya di Kepulauan Seribu.
Saat itu Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama kembali mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Pada pilkada DKI Jakarta tanggal 15 februari 2017 lalu, ia berhasil keluar sebagai pemenang mengungguli lawannya Anies Baswedan – Sandiaga Uno serta Agus Yudhoyono dan Sylviani Murni.
Namun karena perolehan suara yang tidak mencapai 50 persen maka diadakan Pilkada DKI putaran kedua pada maret 2017 antara Ahok – Djarot dan Anies – Sandi. Kemudian pada bulan maret 2017 setelah pilkada putaran kedua dilaksanakan, hasilnya perolehan suara menyatakan bahwa Anies Baswedan dan Sandiaga Uno keluar sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih tahun 2017 mengalahkan Ahok dan Djarot.
Tak lama setelah Setelah pilkada DKI Jakarta 2017 selesai, putusan vonis atas tuduhan kasus pelecehan agama yang dilakukan oleh Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama dijatuhkan hasilnya ia dihukum 2 tahun penjara atas kasusnya. Ia kemudian langsung masuk ke lembaga pemasyarakatan Cipinang namun tak lama kemudian, ia dipindahkan ke rumah tahanan di Mako Brimob Depok dan menjalani masa tahanannya disana.
Setelah menjalani masa tahan 1 tahun 8 bulan, ia kemudian dibebaskan dari Rutan Mako Brimob Jakarta. Ia bebas tepatnya pada tanggal 24 januari 2019. Selama menjadi tahanan di penjara, ia memutuskan bercerai dengan istrinya yakni Veronica Tan.
Pasca bercerai dengan Veronica Tan, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kemudian menikah dengan Puput Nastiti Devi pada tanggal 25 januari 2019. Dari pernikahannya ini ia kemudian memiliki anak bernama Yosafat Abimanyu Purnama.
Komisaris Utama PT Pertamina
Pada bulan desember 2019, Presiden Joko Widodo menunjuk Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Utama PT Pertamina. Walaupun kala itu pengangkatannya sebagai komisaris menuai banyak kontroversi dan perdebatan.