Profil dan Biografi Charles Townes dikenal sebagai Penemu Laser. Charles Townes kelahiran Greenville, South Carolina, 28 Juli 1915. Ia lulusan Furman University sebelum mendapatkan gelar kesarjanaannya dari Duke University dan Caltech. Ia juga sebelumnya menjadi teknisi peneliti di Bell Laboratorium selama Perang Dunia II. Kemudian ia mengajar di Columbia University dan MIT. Pada tahun 1961 ia mulai meneliti bidang optik yang menghasilkannya penghargaan dunia. Setelah mengambil pasca sarjana di Universitas Duke dan California Institute of Technology, antara tahun 1939-1947 bekerja di Laboratorium Bell untuk merancang sistem pembom yang dikendalikan radar. Lalu ia bekerja di Universitas Columbia di Jurusan Fisika.
Pada tahun 1951 ketika duduk di bangku sebuah taman, gagasan mengenai maser (microwave amplification by stimulated emission of radiation atau penguatan gelombang mikro oleh pemancaran radiasi yang terstimulasi) muncul dalam benaknya sebagai suatu cara untuk menghasilkan gelombang mikro berintensitas tinggi, dan pada tahun 1953 maser pertama mulai bekerja. Dalam piranti ini molekul amoniak dinaikkan ke tingkat vibrasional tereksitasi lalu dimasukkan ke rongga resonan; di sini, seperti pada laser, pemancaran terstimulasi ditimbulkan sehingga menghasilkan kelompok foton yang panjang gelombangnya sama, dalam hal ini sama dengan 1,25 cm pada spektrum gelombang mikro. “Jam atom” berketelitian tinggi dibuat menurut konsep ini, dan penguatan maser zat padat dipakai juga dalam bidang semacam radioastronomi.
Pada tahun 1958 Townes dan Arthur Schawlow telah menarik perhatian orang melalui makalah yang mengemukakan bahwa skema yang sama bisa dilaksanakan dalam daerah panjang gelombang optik. Sebelumnya, Gordon Gould, seorang mahasiswa pascasarjana di Columbia University telah menyimpulkan hal yang sama, namun ia tak menerbitkan hasil perhitungannya saat itu juga, karena ia mencari paten.
Charles Townes adalah penemu bersama laser (light amplification by stimulated emission of radiation) dan pemenang Nobel untuk fisika. Ia pekan lalu kembali menjadi berita karena berhasil memenangkan hadiah bidang keagamaan tahunan yang nilainya terbesar.
Townes sekarang berusia 89 tahun dan menjadi pengajar, profesor di University of California, Berkeley. Hadiah yang diterimanya adalah Templeton Prize untuk penelitian dan pengembangan temuan spiritual. Hadiah ini sendiri bernilai 795.000 pound sterling atau sekitar 14 miliar rupiah. Ia dihargai karena pembicaraan dan tulisannya yang bertema peran penting ilmu pengetahuan dan agama.
Townes pertama kali menekuni topik ini pada tahun 1964, pada tahun yang sama ketika ia menerima Nobel untuk laser dan maser (microwave amplification by stimulated emission of radiation) bersama dengan dua peneliti asal Rusia. Topik pertamanya dalam bidang ini disampaikan pada kelas Alkitab untuk pria di gereja Riverside, New York. Pembicaraannya ini diterbitkan oleh majalah IBM Think, dan dalam majalah alumni MIT (Massachusetts Institute of Technology). Namun publikasi ini dan artikel susulannya mendapat tentangan dari alumnus lainnya di MIT. Demikian pula tendensi religius Townes mendapat tentangan dari penyokong doktoralnya di California Institute of Technology.
“Banyak yang tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan juga berdasarkan asumsi dan kepercayaan. Tidak ada yang bisa dibuktikan secara absolut,” jelas Townes. “Temuan-temuan indah dalam ilmu pengetahuan dan agama datang dari upaya kita untuk observasi, asumsi yang mendalam, kepercayaan dan logika.” Ia mencontohkan ilham yang didapatnya mengenai maser saat duduk di bangku taman di Washington DC dengan Wahyu yang ada di dalam Alkitab. Temuan-temuan dalam bidang fisika juga menunjukkan bahwa kecil kemungkinan keberadaan kehidupan merupakan ketidaksengajaan. Ini menimbulkan pertanyaan keagamaan mengenai apakah alam semesta ini pun telah direncanakan.